NAMPANG DI PEMATANG SAWAH

NAMPANG DI PEMATANG SAWAH
ECTION DULU YACH...!!!

Kamis, 27 Januari 2011

Hakikat Kecantikan dan Ketampanan

Mengukur kecantikan/ketampanan seseorang menjadi relatif, tergantung siapa yang berkomentar dan dari sudut apa penilaian dilakukan, bisa karena ukuran tinggi badan, bentuk wajah, atau warna kulit seseorang. Sesungguhnya tak mungkin kita akan bersombong ria,dengan menghina orang lain (baik secara lisan atau di dalam hati) eh…kamu tuh jelek,hidungmu dataran rendah, mukamu berjerawat, badanmu semampai (semeterpun tak sampai alias pendek), gemuk, kulit hitam legam, matamu sipit,dll. karena kecantikan dan ketampanan lahiriah ini didapat gratis dariAllah swt. tanpa campur tangan orang yang bersangkutan, diberikan begitu saja,

"Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (At- Tiin 95: 4).

Walaupun telah diciptakan dalam sebaik-baik bentuk, kecantikan dan ketampanan ini hanyalah titipan, akan berarti bila disertai ketaqwaan.

"Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh-tubuh kalian, juga tidak penampilan kalian, tapi melihat hati dan amal perbuatan kalian. Taqwa itu di sini, taqwa itu di sini, taqwa itu di sini,beliau pun menunjuk dadanya." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Kemuliaan manusia hanya dengan iman dan mengerjakan amal shaleh, sebagaimana diterangkan dalam Q.S.At –Tiin 95: 6.
Oleh karenanya, tampilan apa pun yang ikhwan/akhwat miliki tak usah berkecil hati. Betapa adilnya Allah yang mengukur kecantikan/ketampanan kita semata dari isi hati masing-masing.

Agar kecantikan/ketampanan yang ada di dalam seseorang terpancar keluar,diperlukan beberapa hal sebagai berikut:

Menjaga Lisan Dalam bahasa Indonesia dikenal sebuah pepatah, mulutmu adalah harimau. Maksudnya, apa-apa yang kita ucapkan dapat berdampak langsung mencelakakan si pembicara ke dalam kebinasaan akibat kata-kata yang diucapkannya itu. Menarik atau tidaknya seseorang, dapat terpancar dengan tutur kata yang santun, lemah lembut, menyejukkan, sapaan ramah, walau isi yang disampaikannya itu mungkin menyangkut hal yang sederhana sekali pun,apalagi bila ditambah dengan wawasan keilmuannyamumpuni/berbobot. Ia selalu hadir menempatkan dirinya menjadi pribadi yang tawadhu (rendahhati), apabila tahu ia katakan tahu, apabila tidak ia akan bertanya pada ahlinya.

1. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk dapat menjaga tutur kata,

"…Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah bertutur yang baik atau diam." ( DiriwayatkanAsy-Syaikhany dan IbnuMajah).

Rasulullah saw. menetapkan dua pilihan: bertutur kata yang mengandung unsur kebaikan atau diam, karena pada dasarnya semua perkataan itu tidak terlepas dari dua nilai, yaitu perkataan berunsur kebaikan dan perkataan berunsur keburukan. Tidak berkata-kata alias diam (tidakberkomentar) karena apabila berkomentar dipandang mengandung unsurkeburukan. Misalkan menahan diri dari mengeluarkan kata-kata yang dapat menyakiti hati orang, meledek/menghina, mencaci maki,menghasut/provokasi, mengkritik orang dengan tidak arif, dll.

Hadits lain dalam riwayat Bukhari dan Muslim menerangkan, perkataanyang manis adalah salah satu bentuk shadaqah. Bahkan Al Qur’an menerangkan:

"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baikdaripada sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan(perasaan penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Pengampun." (Q.S.Al-Baqarah 2: 262).

2. Perilaku yang Baik

"Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik perilakunya." (H.R. Bukhari).

At-Tirmidzi meriwayatkan dari hadits Jabir, sesungguhnya Nabi berkata,

"Sesungguhnya orangyang paling aku senangi dan paling dekat kedudukannya denganku kelak pada hari kiamat adalah yang terbaik perilakunya di antara kalian."

Juga hadits yang lain,

"Sesungguhnya aku(Rasulullah saw.) diutus untuk menyempurnakan perilaku yang benar." (H.R.Ahmad).

Firman Allah swt.,

"Dan sesungguhnya kamu (Rasulullah saw.)benar-benar berbudi pekerti yang agung." (Q.S. Al Qolam 68: 4).

Menurut Aisyah r.a., istri Rasul, perilaku Muhammad saw. adalah cerminan kandungan Al Qur’an. Misalkan kesabaran, jiwa pemaaf,keikhlasan dalam beramal, keberanian membela yang benar/hak,bijaksana, dll. Sangat banyak keterangan yang mengajak kita berperilaku cantik dan tampan dalam hal akhlak/perilaku, dengan cara berupaya mengamalkan firman-Nya. Kalau perilaku ini sudah terlatih (melalui riyadhoh/latihanmembiasakan diri sehingga menjadi kebutuhan), insya Allah menjadi sifat yang tertanam kuat di dalam jiwa. Dengan sendirinya akan melahirkan perbuatan amal shaleh yang dibiasakan, tanpa harus terpaksa.

Misalnya hati akan mudah tergerak untuk memberi tanpa harus lebih dahulu diberi oleh orang lain, kesabaran hatinya melahirkan sikap yang tanpa menyerah menghadapi komentar orang bodoh/jahil terhadapnya lalu mampu memaafkannya, dan bertindak bijaksana/hati-hati mengharuskan ia menimbang dahulu apa saja dengan pertimbangan kemaslahatan untuk dirinya, keluarganya, lingkungan,dan umat.

3. Mampu Mengendalikan Diri Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah saw.bersabda,

"Orangkuat itu bukan karena (kekuatannya) pada saat berkelahi. Tapi,sesungguhnya orang kuat itu adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya pada saat marah." (H.R. Bukhari, Muslim, danAbu Daud).

Boleh-boleh saja ikhwan/akhwat marah terhadap seseorang/pada suatu keadaan, asal dalam kemarahan itu ia tetap dapat menjaga lisan dan perbuatan, jangan terlalu memperturutkan hawa nafsu ingin marah tanpa kendali. Misalkan sambil mencaci-maki, memukul, sambil melempar barang, tidak mau memaafkan kesalahan orang yang membuat kita marah/dendam, marah sampai berhari-hari, memutuskan tali silaturahmi,dll.

Pada umumnya reaksi orang pada saat marah biasanya raut muka memerah,kedua matanya membelalak, urat leher tegang, hati tersulut emosi, dankata-kata tak terkontrol, sehingga membuat orangdi sekelilingnyatidak nyaman bila berdekatan dengannya.Upayakan penampilan ikhwan/akhwat tetap menarik walau dalam keadaan marah sekalipun. Caranya dengan melatih diri untukmenegur/memarahi orang dengan niat karena Allah, membenci pun karena Allah swt. Kita benci pada perbuatanya bukan pada orangnya, sehingga menjadi ibadah,bukan memperturutkan hawa nafsu syetan.

4. Memiliki Rasa Malu Dari Imran bin Hushain, ia berkata, Nabi saw.bersabda,

"Malu itu hanya bisa tercipta dari kebaikan." (H.R. Bukhari,Muslim dan Ahmad).

Rasa malu seseorang kepada Allah swt. dapat melahirkan suatu kebaikan. Misalkan ketika bertemu dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya lalu menundukkan pandangan/tidak menatap dengan syahwat,ketika bergaul ia mampu menahan kata-katanya untuk tidak membicarakan hal yang sia-sia,dll. semata-mata karena merasa malu kepada SWT. Orang tersebut malu bila menggunakan karunia/nikmat Allah swt. untukkemaksiatan, iasadar selalu diawasi oleh Nya.

Menjauhi Prasangka, Memata-Matai, Dengki, dan Saling Memusuhi Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw.berkata,

"Jauhilah oleh kalian berprasangka, sesungguhnya berprasangka itu sebohong-bohong perkataan. Dan janganlah kalian saling memata-matai,saling menduga-duga (kesalahan orang lain), saling mendengki, saling membenci, dan saling memusuhi. Dan jadilah kalian hamba-hamba Allahyang bersaudara, sebagaimana telah Ia perintahkan. Orang Muslim itu adalah saudara orang Muslim lainnya, tidak menzaliminya, menghinakannya dan merendahkannya. Cukuplah kejahatanorang Muslim itu ketika ia merendahkan saudaranya sesama Muslim. Setiap Muslim atas Muslim lainnya diharamkan: Darahnya, hartanya, dankehormatannya."(H.R. Bukhari dan Muslim).

Kita dilarang: Mengorek/memata-matai aib/aurat/keburukan/sisi negatiforang untuk diberitahukan kepada yang lain (tajassus)atau untuk dirisendiri (tahassus). Hasad, berharap agar nikmatyang didapat oranglain secepatnya musnah, sama saja apakah harapan itu diikuti dengan usaha memusnahkannya atau tidak.

Tadabur yaitu saling menjauhi,berpaling, atau memusuhi. Haqr, menghina,merendahkan, dan menganggap remeh. Zhann, kecurigaan yang tanpa sebab, tanpadasar, yang tidak ada kesesuaian dengan kenyataan, tanpa melihatbukti-bukti. Walaupun demikian, ada zhann (prasangka) yang diperbolehkan, misalnya terhadap orang yang terang-terangan menunjukkan potensi untuk diragukan, zhann terhadap masalah yang terang-terang akan mencelakakan, zhann bahwa Allah itu Maha Adil, tidak pernah zalim pada hambanya. Memata-matai orang diperbolehkan untuk tujuan menjauhkan dari kerusakan karena pertimbangan kemaslahatan yang lebihbesar. Misalkan,apabila kita mengetahui ada orang yang berniat melakukan kejahatan pembunuhan atau pencurian, kita memata-matai mereka agar dapat menggagalkan rencana tersebut.

Berbahagialah ikhwan/akhwat bila kita dapat berpenampilan cantik/tampan luar-dalam, terutama bila hati kitadipenuhi dengansifat-sifat positif seperti di atas.

Wallahu A’lamBishshawab. Doa kita bersama:

"Allaahumma kamaa hassanta khalqii fahassinkhuluqii", Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah kejadianku,maka perindah pulalah akhlakku. (H.R. Ahmad).


5. Makan dan minum secukupnya

Agar cantik dan tampan, akhwat dan ikhwan tidak boleh makan seenaknya/sesukanya dengan penuh kerakusan, tapi makan sebatas dapat menegakkan tulang-tulangnya untuk mendapatkan tenaga dalam menjalankan aktifitas sehari-hari dengan baik.

Ingatlah firman Allah swt.:

“Makan dan minumlah, janganlah berlebih-lebihan/melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al A'raaf 7: 31).

Kemudian dalam sebuah hadits diterangkan:

“Dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi saw. sabdanya: “Orang-orang kafir makan dengan tujuh perut, dan orang mukmin makan dengan sebuah perut.” (H.R. Muslim).

Rasulullah saw. menghindari makan dan minum berlebih-lebihan. Beliau makan dan minum hanya pada saat perut terasa lapar dan mengisi perut dalam tiga bagian, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk bernafas. Akibat banyak makan biasanya mudah obesitas, mudah terkena penyakit, cenderung malas ibadah, malas bekerja. dll.

6. Berolah Raga

Supaya kecantikan/ketampanan yang telah Allah swt. anugerahkan pada kita dapat dijaga, upayakan kondisi fisik selalu bugar melalui olah raga sesuai minat/usia masing-masing. Aturlah waktunya disela-sela kesibukan yang ada. Dalam suatu hadits diterangkan:

“Orang mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah.” (H.R. Muslim).

Dengan berolah raga insya Allah jasad kita dapat lebih terawat, sehingga kondisi tersebut dapat membantu ikhwan/akhwat melaksanakan tugas rutin sehari-hari dengan energik.

7. Menjaga kebersihan

Yang perlu dijaga kebersihannya adalah seluruh anggota badan dan pakaian. Hadits Bukhari menerangkan:

“ Mandilah pada hari Jumat dan keramaslah meskipun kau tidak dalam keadaan junub dan pakailah wewangian” Perbedaan wewangian antara ikhwan dan akhwat ada, yaitu: Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Parfum pria adalah yang tercium aromanya dan tidak tampak warnanya dan parfum wanita adalah yang tampak warnanya dan tidak tercium aromanya.” (H.R. Tirmidzi dan An-Nasai).

Ikhwan/akhwat hendaknya dapat menjaga penampilan diri dari bau keringat yang tidak sedap.

Juga dalam hadits Bukhari dan Muslim diterangkan kebersihan badan seseorang dengan menjaga lima perkara yang termasuk fitrah, yaitu khitan, mencukur rambut kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan memendekkan kumis.

Untuk kebersihan pakaian, Imam Ahmad dan Nasai meriwayatkan hadts dari Jabir r.a., ia berkata:

“Rasulullah saw. pernah mengunjungi aku. Ketika beliau melihat seorang laki-laki lewat dengan pakaian lusuh dan kumal, beliau bertutur: Rupanya ia tidak mempunyai sabun untuk mencuci pakaiannya itu.”

Pada hadits ini, Rasulullah saw. tidak menyukai seseorang yang bertemu dan berkumpul dengan orang lain memakai baju yang kotor dan lusuh selama ia mampu mencuci dan membersihkannya.

Rasulullah saw. mengajarkan kita bahwa pakaian seorang muslim harus selalu rapi dam bersih, sehingga penampilannya sedap di pandang mata. Tentu saja, pakaian tersebut tidak perlu yang selalu baru apalagi kebiasaan mengoleksi baju dengan jumlah berlebih-lebihan, yang terpenting adalah rapi dan bersih, karena pakaian yang menjadi rizki kita sesungguhnya apa-apa yang sampai tidak dapat terpakai lagi oleh diri masing-masing.

8. Menjaga kebersihan gigi dan mulut,

“Seandainya tidak memberatkan kepada umatku, pasti aku suruh mereka untuk bersiwak setiap kali akan shalat.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

9. Memelihara kebersihan rambut, Rasulullah saw. bersabda:

“Barang siapa yang memiliki rambut, maka hendaklah ia menghormatinya (memeliharanya).” (H.R. Abu Daud dan Abu Hurairah r.a.).

Menghormati rambut itu maksudnya membersihkan, menyisir, memberi wewangian (minyak rambut), dan memeliharanya dengan baik. Islam tidak menyukai orang yang membiarkan rambutnya berantakan/acak-acakan, kotor, dan bau.

10. Merapikan Diri

Firman Allah swt.:

“Katakanlah, siapakah yang mengharamkan perhiasan Allah yang Dia keluarkan untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik-baik?” (Q.S. Al A'raf 7: 32).

Dalam menafsirkan ayat tersebut, Imam Qurthuby berkata:

“Imam Makhul meriwayatkan dari Aisyah r.a., ia bercerita: “Pernah sekelompok sahabat menunggu Rasulullah saw. di depan pintu. Ketika beliau hendak keluar menemui mereka, beliau bercermin di air yang ada di dalam bejana di dalam rumah. Setelah beliau merapikan rambut dan jenggotnya, aku (Aisyah) berkata: “Engkau lakukan ini, wahai Rasulullah?” “Ya, bila seseorang akan menjumpai saudaranya hendaklah ia merapikan dirinya. Karena sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan,” jawab Rasulullah saw.”

Setiap orang perlu memelihara kerapian dirinya, janganlah membiarkan diri dalam penampilan kusut dan kumal dengan dalih ingin zuhud. Rasulullah saw. sendiri menganjurkan untuk berpenampilan rapi, padahal beliau adalah orang yang paling tawadhu dan zuhud.

Maka, selama memperapi diri itu tidak berlebihan, Allah swt. menganjurkan,

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkannya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik-baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) untuk orang-orang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” (Q.S. Al A'raf 7: 31-32).

Namun wanita muslimah tidak boleh tabaruj. Allah swt. telah melarang tabaruj melalui Q.S. An-Nur 24 : 60 dan Q.S. Al Ahzab 33 : 59. Menurut Ibnu Katsir, tabaruj berarti wanita yang keluar rumah dan berjalan/memamerkan diri di hadapan laki-laki (tabaruj jahiliah). Menurut Bukhari, tabaruj adalah tindakan seorang wanita yang menampakkan kecantikannya kepada orang lain, dan menurut Muqatil tabaruj adalah wanita yang melepaskan jilbabnya, memperlihatkan kalung dan gelangnya.

Juga wanita muslimah yang benar selalu sadar dan ingat pada konsep sikap tawazun (pertengahan/keseimbangan) dalam segala hal, jangan sampai berdandan/merapikan diri berlebih-lebihan atau mengukur penampilan diri berdasarkan kekayaan materi.

“Celakalah hamba dinar dan dirham dan hamba sutera dan beludru. Jika ia diberi nikmat, ia senang dan bila tidak diberi ia benci.” (H.R. Bukhari).

Yang terakhir, agar penampilan ikhwan/akhwat dapat cantik dan tampan perlu dilengkapi dengan terpeliharanya unsur akal pikiran dengan ilmu. Memang, tidak semua orang punya kecerdasan dan kesempatan yang sama. Tetapi, ikhwan/akhwat harus selalu mencari dan meminta tambahan ilmu kepada Allah swt., sebagaimana diterangkan dalam firman Allah swt.,

“Dan Katakanlah, “Ya Rabbi, tambahkanlah kepadaku ilmu.” (Q.S. Thaha 20: 114).

Dalam sebuah hadits, Aisyah r.a berkomentar:

“Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Mereka tidak malu-malu untuk bertanya dalam rangka tafaquh fiddin (mendalami masalah agama).” (H.R. Bukhari Muslim).

Oleh karena itu, yang perlu tetap diusahakan adalah memiliki kepedulian untuk selalu berusaha menambah/memahami/mengamalkan ilmu Islam sedikit demi sedikit, adanya proses mencari ilmu sampai akhir hayat, sebab hal tersebut akan menjadi landasan berfikir dan beramal seseorang. Begitu pula ilmu lainnya, kita pelajari sebagai sarana bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah swt. Sehingga insya Allah, dengan terpadunya unsur hati, jasad/fisik, dan ilmu pada diri ikhwan dan akhwat, ketampanan dan kecantikan kita dapat membawa keselamatan dunia dan akhirat. Wallahu A'lam Bishshawab.

Ya Allah, jadikanlah cahaya di hatiku, cahaya di kuburku, cahaya di hadapanku, cahaya di belakangku, cahaya di kananku, cahaya di kiriku, cahaya di atasku, cahaya di bawahku, cahaya pada pendengaranku, cahaya pada penglihatanku, cahaya pada rambutku, cahaya pada kulitku, cahaya pada dagingku, cahaya pada darahku, cahaya pada tulang-tulangku. Wahai Tuhanku, besarkanlah bagiku cahaya dan berikanlah bagiku cahaya dan jadikanlah padaku cahaya dan tambahkanlah padaku cahaya, tambahkanlah padaku cahaya, tambahkanlah padaku cahaya. Aamiin.

Sabtu, 22 Januari 2011

HIDUP ITU CINTA, TANPA CINTA APALAH ARTINYA...???



Indahnya cinta disaat ada kebersamaan.
Indahnya cinta disaat ada kasih sayang.
Indahnya cinta disaat ada yang perhatian.
Indahnya cinta disaat ada kepercayaan.

Cinta datang tak diundang.
Cinta datang tanpa ada kabar.
Cinta datang secara tiba-tiba.
Cinta datang tanpa menegnal tempat dan waktu.

Keindahan cinta tida habisnya.
Keindahan tetaplah keindahan.
Namun terkadang keindahan itu kepedihan.
Terkadang keindahan itu racun.

Apalah artinya hidup ini jika tanpa cinta.
Apalah arti hidup ini jika tiada cinta.
Apalah artinya hidup ini jika semua tidak saling cinta.
Apalah artinya....


"TANPA CINTA HIDUP PUN HAMPA DAN TANPA CINTA BAGAI TAMAN TAK BERBUNGA, SEMOGA KITA HIDUP DENGAN CINTA"

Rabu, 19 Januari 2011

Al Qur’an dan Hadist : Dalil dan Referensi

  • "Bukan dari tulang ubun ia diciptakan karena berbahaya membiarkannya dalam sanjung dan puja tak juga dari tulang kaki karena nista membuatnya diinjak dan diperbudak tapi dari tulang rusuk bagian kiri dekat ke hati untuk disayangi dekat ke tangan untuk dilindungi"
  • "Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat."
    (Al A'raf : 26)
  • "Katakanlah kepada orang wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampallan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung kedadanya. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."
    (QS. An Nur : 30)
  • "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal lamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman."
    (QS. Ali Imran : 139)
  • “Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang isterinya (dengan kasih & sayang) dan isterinya juga memandang suaminya (dengan kasih & sayang), maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih & sayang. Dan apabila seorang suami memegangi jemari isterinya (dengan kasih & sayang) maka berjatuhanlah dosa-dosa dari segala jemari keduanya” (HR. Abu Sa’id)

“Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan)” (HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah)

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” (Ar-Ruum 21)

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (An Nuur 32)

“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (Adz Dzariyaat 49)

“Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk” (Al-Isra 32)

“Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia menciptakan istrinya, agar menjadi cocok dan tenteram kepadanya” (Al-A’raf 189)

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (An-Nur 26)

“Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan” ( An Nisaa : 4)

“Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku” (HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.)

“Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi)

“Janganlah seorang laki-laki berdua-duan (khalwat) dengan seorang perempuan, karena pihak ketiga adalah syaithan” (Al Hadits)

“Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya” (HR. Bukhori-Muslim)

“Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat, sebab syaithan menemaninya. Janganlah salah seorang di antara kita berkhalwat, kecuali wanita itu disertai mahramnya” (HR. Imam Bukhari dan Iman Muslim dari Abdullah Ibnu Abbas ra).

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya, karena sesungguhnya yang ketiga adalah syetan” (Al Hadits)

“Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan hidup adalah istri yang sholihah” (HR. Muslim)

“Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau senangi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu). Jika kamu tidak menerima (lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan kerusakan yang luas” (H.R. At-Turmidzi)

“Barang siapa yang diberi istri yang sholihah oleh Allah, berarti telah ditolong oleh-Nya pada separuh agamanya. Oleh karena itu, hendaknya ia bertaqwa pada separuh yang lain” (Al Hadits)

“Jadilah istri yang terbaik. Sebaik-baiknya istri, apabila dipandang suaminya menyenangkan, bila diperintah ia taat, bila suami tidak ada, ia jaga harta suaminya dan ia jaga kehormatan dirinya” (Al Hadits)

“Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah : a. Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. b. Budak yang menebus dirinya dari tuannya. c. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)

“Wahai generasi muda ! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)

“Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak” (HR. Abu Dawud)

“Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain” (HR. Abdurrazak dan Baihaqi)

“Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah” (HR. Bukhari)

“Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan kematian kamu semua yang paling hina adalah kematian orang yang memilih hidup membujang” (HR. Abu Ya¡¦la dan Thabrani)

“Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang siapa mau bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan terhormat” (HR. Ibnu Majah,dhaif)

“Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka” (Al Hadits)

“Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya” (HR. Thabrani)

“Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama” (HR. Ibnu Majah)

“Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda : Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama” (HR. Muslim dan Tirmidzi)

“Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya” (HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih)

“Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau lelaki itu mulia di dunia dan takwa di sisi Allah, maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi wali pernikahannya.” (HR. Ashhabus Sunan)

“Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang sederhana belanjanya (maharnya)” (HR. Ahmad)

“Dari Anas, dia berkata : ” Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar berupa keIslamannya” (Ditakhrij dari An Nasa’i)


“Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kamis, 06 Januari 2011

BAHAYA LIDAH

Allah Ta’ala berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya ada raqib atid.” (QS. Qaf: 18)

Raqib adalah malaikat yang selalu menyertainya dan atid maknanya yang hadir di sisinya.

Dari Sahl bin Sa’ad As-Saidi -radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang menjamin untukku bisa menjaga apa yang ada di antara dua janggutnya (janggut dan kumis) dan apa yang ada di antara kedua kakinya, maka aku menjamin surga untuknya.” (HR. Al-Bukhari no. 6474)

Yang berada di antara janggut dan kumis adalah lidah, dan yang berada di antara dua kaki adalah kemaluan.

Dan dalam hadits Muadz bin Jabal tatkala Nabi -alaihishshalatu wassalam- menyebutkan masalah Islam, rukun Islam, dan jihad di jalan Allah. Muadz berkata di akhir hadits:

ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمِلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا رسولَ اللهِ. فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالَ: كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا، قُلْتُ: يَا رسولَ اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟ قَالَ: ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟!

“Kemudian beliau bersabda, “Inginkah kuberitahukan kepadamu penegak dari semua amalan itu?” aku (Muadz) menjawab, “Mau wahai Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya seraya bersabda, “Tahanlah ini,” aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami betul-betul akan disiksa akibat ucapan kami?” beliau menjawab, “Kasihan kamu wahai Muadz, apakah ada yang menjerambabkan manusia di dalam neraka di atas wajah-wajah mereka kecuali buah dari ucapan lisan-lisan mereka?!” (HR. At-Tirmizi no. 2616 dan dia berkata, “Hadits hasan shahih.”)

Penjelasan ringkas:

Allah Ta’ala berfirman mengingatkan nikmat-Nya, “Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua mata, satu lidah, dan dua bibir.” Maka lidah termasuk dari nikmat terbesar dari Allah kepada hamba yang dengannya mereka bisa mengungkapkan isi hati dan keinginan mereka.

Hanya saja nikmat yang besar ini bisa menjadi sesuatu yang akan membinasakan pemiliknya di dunia dan di akhirat. Dia bisa menjadi sebab terbesar masuknya seseorang ke dalam surga, tapi sebaliknya dia juga bisa menjadi sebab terbesar yang menggelincirkan seseorang ke dalam neraka. Karenanya tidak akan sempurna keislaman seseorang sampai dia meyakini bahwa semua ucapan yang keluar dari mulutnya akan dia pertanggungjawabkan di hadapan Allah, dan dia tidak akan mendapatkan inti dari ajaran Islam selama dia tidak menjaga lisannya.

Janji

Memang lidah tak bertulang. Itulah satu bait dari sebuah lagu. Lidah amat mudah berkelit kemana ia suka. Lidah memang luwes. Saking luwesnya lidah mudah saja bergerak kesana kemari bergantung kepada si pemilik lidah. Dengan lidah kita bicara. Dengan lidah pula kita mengobral janji. Dengan lidah pula kita mengingkari janji. Dengan lidah kita menusuk hati. Lidah pula yang dapat membuat seseorang terluka. Lidah pula yang mampu menciptakan jurus-jurus fitnah, bohong dan segala keangkamurkaan. Namun, dengan lidah pula kita menebar kebaikkan. Banyak orang yang tertolong oleh lidah. Banyak orang terhapus kesedihan juga karena lidah. Segala problema hidup juga dapat diatasi oleh lidah pula. Karena lidah kita bisa menjadi mulia atau hina. Dengan lidah pula kita mendapatkan pahala, dan juga dosa. Mana yang kita pilih. Yah bergantung kepada tujuan hidup kita.

Banyak orang berjanji. Ketika seseorang ingin menduduki kursi kekuasaan mereka menebar janji. Ketika seseorang jatuh cinta juga saling mengikat janji. Janji sehidup semati. Aku yang hidup, engkau yang mati, barangkali. Ketika seseorang menjabat juga mengangkat janji. Pokoknya janji seolah-olah menjadi denyut nadi sebuah kehidupan. Tapi, yang menjadi masalah adakah kita ingat janji kita? Jika ingat, adakah kita ingin menunaikannya? Ah yang penting menebar janji, jika nanti tercapai cita-cita urusan lainlah. Yang penting, sekarang janji dulu. Soalnya tanpa janji sulit menjaring dukungan. Kata seorang polititus amatir. Yang penting sekarang membentuk opini publik, untuk melicinkan jalan. Banyak janji yang ditebar, ketika pemilu. Janji padamu negeri. Janji memberi duit. Janji memberi jabatan. Janji mensejahterakan rakyat. Dan banyak janji dan janji. Tebar janji, masalah dipenuhi atau tidak urusan nantilah.

Dalam Hadist yang terkenal, salah satu tanda-tanda orang munafik adalah jika ia berjanji ia mengingkari. Ada beberapa golongan manusia di dunia. Yang pertama adalah mereka yang beriman kepada Allah. Golongan pertama ini dalam setiap tindak tanduk atau perilaku, ucapan dan hatinya selalu berpedoman kepada petunjuk Allah swt. Mereka sangat takut bahkan teramat sangat takut kepada Allah, sehingga ketika disebut asma Allah gemetarlah mereka. Merekalah orang-orang yang beruntung. Sebagian golongan lainnya adalah mengakui dalam hati dan juga dalam pengucapannya tentang ketauhidan Allah tetapi dalam tindak tanduknya mereka berbuat kerusakan. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Sebagain golongan manusia tidak beriman baik di hati, ucapan maupun perilakunya. Mereka itulah orang kafir. Ketiga golongan tersebut dapat dengan mudah dilihat oleh siapapun. Akan tetapi ada sebagian manusia yang dalam setiap ucapan dan tindak tanduknya menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang beriman, tetapi dalam hatinya mereka tidak mengakuinya. Merekalah orang-orang yang munafik. Orang-orang yang termasuk golongan ini sulit ditengarai sercara nyata. Maka untuk mendeteksi orang-orang munafik Nabi memberikan tiga tanda yaitu, a) jika ia berjanji ia menginkari, b) jika ia diberi amanah ia berkhianat, dan c) jika ia bicara ia bohong.

Jadi jauh-jauh hari Nabi Muhammad s.a.w. mengingatkan kita agar hati-hati terhadap janji. Kita jangan mudah menebar janji. Telah menjadi kebiasaan kita ketika diminta datang, kita sering mengatakan ya sebagai basa basi. Mengapa basa basi, karena kita sebenarnya tidak berniat datang. Jika kebiasaan ini kita budayakan, maka kita bisa jadi akan mengingkari janji-janji yang lain. Jika ingkar janji sudah menjadi budaya seseorang, kelompok atau suatu kaum maka inilah salah satu tanda-tanda munafik. Kebiasaan menebar janji sering ditampilkan oleh para politisi, akademisi, semi akademisi dll. Mereka menebar janji jika menang nanti akan meningkatkan kesejahteraan, akan memajukan institusi, akan mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan golongan dan individu, dan sejumlah janji lainnya. Jika menang mereka lupakan janji itu. Jika ditagih janjinya macam-macamlah alasannya. Bahkan ada yang mengatakan kan itu janji politik. Janji waktu kampanye. Sekarang lainlah masalahnya. Atau akan berkata: “Tidak mudah menjaji pemimpin” Ya memang tidfak mudah. Makanya tidak semua orang mampu menjadi pemimpin yang handal. Mereka lupa janji mereka. Bahkan mungkin mereka hanya mencari keuntungan pribadi atau kelompok mereka saja tanpa memperhatikan semua yang dipimpinnya. Kondisi ini, saya pikir terjadi di semua institusi.

Marilah, kita instropeksi diri apakah tanda-tanda kemunafikan dalam diri kita. Jika ada mari kita sama-sama menghilangkannya. Mari kita kurangi basa-basi, yang mungkin akan membuat kita mengingkari janji. Yang mungkin membuat kita beda antara apa yang tersirat di hati dan apa yang kita ucapkan dan kerjakan. Allah menyindir kita dengan halus: Ketika mereka ditimpa musibah mereka berkata ya Allah selamatkanlah kami ada bahaya ini, niscaya kami akan beribadah lebih baik dari sebelumnya. Ketika bahaya itu sirna maka mereka lupa seolah-olah mereka tidak pernah berdoa kepada-Ku (Allah). Lidah memang tak bertulang, tapi lidah mampu kita kendalikan. Dengan apa? Ya dengan hati yang bersih bebas dari kemunafikkan.

Mohon koreksi jika pendapat ini salah atau kurang benar.

ORANG YANG TERBAIK

Manusia selalu dihadapkan kepada kompetisi. Sejak ia masih dalam bentuk sperma ia sudah berkompetisi. Dari jutaan sperma yang dipancarkan hanya satu yang mampu membuahi sel telur. Dapat dinyatakan bahwa yang mampu membuahi sel telur adalah spermatozoa terbaik. Ya, memang dapat dinyatakan begitu, sebab ia telah melewati berbagai rintangan dan hambatan, dari berjalan menuju tempat pembuatan sampai menembus dinding sel telur. Kemana spermatozoa yang lain? Apakah ia iri? Tidak! Kemudian setelah terjadi pembuahan, tidak semua hasil pembuahan itu lahir dengan selamat. Sebagian gugur sebelum lahir. Hanya yang terbaik kondisinya yang akan selamat lahir ke dunia. Nah, dalam sehari-harinya, kita selalu dihadapkan kepada kompetisi untuk menentukan siapakah yang terbaik. Anda tentu tahu lomba-lomba tentang berbagai hal adalah untuk menentukan siapa yang terbaik. Ada terbaik sebagai putri dunia, ada yang terbaik dalam mamamia, ada yang terbaik dalam dunia sepakbola, ada yang terbaik dalam ipteks dll. Untuk menentukan siapa yang terbaik tentunya diperlukan kriteria-kriteria.

Di dalam agama Islam juga ada kriteria yang harus dipenuhi oleh umat Islam agar mereka termasuk orang-orang yang terbaik. Dalam suatu hadist, ada seseorang bertanya kepada rasulullah:”Ya Rasulullah, siapakah orang yang terbaik menurut Rasul? Kira-kira demikianlah pertanyaannya. Rasulullah menjawab bahwa orang yang terbaik adalah: 1) orang yang terbaik dalam Al Qur’annya, 2) orang yang terbaik dalam pemahaman agamanya, 3) orang terbaik adalh orang yang paling taqwa, 4) orang yang paling bertanggungjawab dalam menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah mungkar, 5) orang yang paling baik dalam menjalin tali silaturahmi. Jadi, menurut hadist ini bahwa dalam Islam untuk menjadi orang yang terbaik dunia dan akherat ada lima kriteria.

1) Orang yang terbaik Al Qur’annya

Ini merupakan kriteria pertama untuk menjadi orang yang terbaik. Kita semua tahu tidak semua orang Islam yang secara rutin membaca, mempelajari, memahami dan mempraktekkan apa yang terdapat dalam Al Qur’an. Mungkin hanya sebagian kecil saja diantara umat Islam ini. Apalagi menghafal Al Qur’an. Mungkin lebih sedikit lagi. Hafal Al Qur’an bukan hanya hafal, tetapi ia hafal dan tahu arti dan makna apa yang terkandung di dalamnya. Hafal tanpa tahu arti dan maknanya saya pikir tidak banyak artinya. Kita tahu bahwa orang-orang Arab yang hafal Al Qur’an tentu saja paham akan arti dan makna karena memang itu merupakan bahasa mereka sehari-hari.

Orang yang terbaik Al Qur’an juga orang yang menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Dalam setiap aktivitasnya, mereka menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman. Jika tidak dibolehkan oleh Al Qur’an, maka mereka tidak melakukankan, sebaliknya mereka sangat antusias untuk melakukan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah melalui Al Qur’an.

2) Orang yang terbaik dalam pemahaman agama Islam

Ini merupakan kriteria kedua. Untuk dapat menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup maka kita harus memahami Al Qur’an. Al Qur’an merupakan pedoman umum, sehingga dalam memahami apa yang terkandung dalam Al Qur’an, kita memerlukan pedoman lain yang merupakan jabaran dari Al Qur’an. Itulah sunah Rasulullah, yang merupakan perkataan dan perbuatan Rasul. Rasulullah telah menjabarkan Al Qur’an dalam praktek sehari-hari. Itulah sebabnya kita harus memahami hadist, dan menjadikannya pedoman hidup setelah Al Qur’an. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap agama Islam, kita sekarang ini tidak akan banyak mengalami kesulitan. Sebab, sekarang banyak buku yang membahas Islam. Tinggal kita mau tidak mempelajari dan memahami isinya. Memang, tentu saja kita harus hati-hati dalam memilih buku-buku tersebut.

Setelah memahami agama secara benar, maka kemudian dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dengan hanya mengharap ridho Allah. Adalah tidak ada artinya sama sekali, jika pemahaman akan agama itu tidak dipraktekkan. Betapa banyak diantara kita yang tahu bahwa korupsi itu dilarang, sogok menyogok itu dilarang, tetapi masih banyak orang yang korupsi dan sogok-menyogok misalnya. Mereka membungkusnya dalam bungkus pendapat yang seolah-olah benar untuk melegalkan tindakan mereka. Banyak yang tahu bahwa praktek pekerja sek komersial itu dilarang, tetapi banyak pula yang membolehkan PSK dilokalisasi dengan alasan bahwa agar tidak mengganggu masyarakat lebih luas. Pendapat ini seolah-olah benar, tetapi sebenarnya salah besar.

3) orang terbaik adalh orang yang paling taqwa

Dalam setiap lomba tentu ada kriteria atau indikator untuk menentukan yang terbaik. Dalam agama Islam, hanya ada satu indikator utama yang menjadi kriteria dalam penentuan orang yang terbaik di dunia dan di akherat kelak, yaitu tingkat ketaqwaan. Tingkat ketaqwaan seseorang sulit diketahui oleh manusia, karena hal ini merupakan masalah gaib. Menurut hemat saya, hanya Allah yang dapat menentukan siapa yang paling taqwa diantara kita. Nah, orang yang terbaik adalah orang yang paling taqwa. Meskipun kita manusia tidak bisa menilai tingkat ketaqwaan kita dan orang lain, ada variabel-variabel yang dapat kita jadikan pedoman untuk mencapai taqwa. Semuanya telah dijabarkan baik dalam Al Qur’an maupun hadist. Tinggal niat kita untuk memahami dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah kita berusaha sebaik-baiknya, maka penilaiannya mari kita serahkan kepada Allah.

4) orang yang paling bertanggungjawab dalam menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah mungkar

Hanya orang-orang yang berani yang mampu melakukan hal ini. Menyuruh kepada perbuatan yang ma’ruf, suatu tugas yang amat berat. Betapa beratnya lidah kita untuk mengajak kepada diri sendiri dan orang lain untuk menyuruh kepada kebaikan. Bukan saja orang biasa, para pemimpinpun juga seringkali merasa sulit untuk melakukannya. Sebab menyuruh kepada kebaikan pasti akan banyak hambatan yang sangat besar. Lebih berat lagi adalah mencegah yang mungkar. Ada beberapa tingkatan mencegah yaitu dengan tangan, perkataan atau diam yang merupakan selemah-lemahnya iman.

5) menjalin tali silaturahmi

Kriteria terakhir orang yang terbaik adalah orang yang paling baik dalam menjalin tali silaturahmi. Menjalin tali silaturahmi itu tidak mudah, karena ia memerlukan pikiran, tenaga, waktu dan bahkan mungkin dana. Akan tetapi, kebaikan yang telah kita lakukan berupa menjalin tali silaturahmi ini akan berbuah manis. Betapa banyak contoh untuk hal ini. Orang yang mempunyai tali silaturahmi yang baik mereka lebih mudah mendapatkan akses informasi misalnya tentang pekerjaan. Dengan tali silaturahmi ini tidak sedikit orang yang dapat rezeki yang tak terduga.

Semoga kita mampu menjadi orang yang terbaik itu, amien.

PERINTAH ALLAH BAGI SETIAP MUSLIM UNTUK MENUNTUT ILMU (BELAJAR)

Wajib bagi setiap muslim menuntut ilmu. Ya, kita semua wajib menuntut ilmu agar kita selamat dan bahagia di dunia dan di akhirat. Inilah salah satu ilmu itu. Tertarik uraiannya, mari baca tulisan Prof. Riyanto. Tulisan ini disampaikan pada kuliah subuh di masjid Darussalam tanggal 25 Agustus 2010 Semoga bermanfaat. Kita wajib menuntut ilmu baik yang terkandung dalam Al Qur’an, Al Hadist maupun yang tersebar di alam semesta ini. Beberapa keutamaan membaca Al Qur`an sebagai berikut (http://ceramahkultum.blogspot.com/) :

1. Manusia yang terbaik.
Dari `Utsman bin `Affan, dari Nabi bersabda : “Sebaik-baik kalian yaitu orang yang mempelajari Al Qur`an dan mengajarkannya.” H.R. Bukhari.

2. Dikumpulkan bersama para Malaikat.
Dari `Aisyah Radhiyallahu `Anha berkata, Rasulullah bersabda : “Orang yang membaca Al Qur`an dan ia mahir dalam membacanya maka ia akan dikumpulkan bersama para Malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al Qur`an dan ia masih terbata-bata dan merasa berat (belum fasih) dalam membacanya, maka ia akan mendapat dua ganjaran.” Muttafaqun `Alaihi.

3. Sebagai syafa`at di Hari Kiamat.
Dari Abu Umamah Al Bahili t berkata, saya telah mendengar Rasulullah bersabda : “Bacalah Al Qur`an !, maka sesungguhnya ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang membaca, mempelajari dan mengamalkannya).” H.R. Muslim.

4. Kenikmatan tiada tara
Dari Ibnu `Umar t, dari Nabi bersabda : “Tidak boleh seorang menginginkan apa yang dimiliki orang lain kecuali dalam dua hal; (Pertama) seorang yang diberi oleh Allah kepandaian tentang Al Qur`an maka dia mengimplementasikan (melaksanakan)nya sepanjang hari dan malam. Dan seorang yang diberi oleh Allah kekayaan harta maka dia infakkan sepanjang hari dan malam.” Muttafaqun `Alaihi.

5. Ladang pahala.
Dari Abdullah bin Mas`ud t berkata, Rasulullah e : “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Qur`an) maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan akan dilipat gandakan dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan “Alif lam mim” itu satu huruf, tetapi “Alif” itu satu huruf, “Lam” itu satu huruf dan “Mim” itu satu huruf.” H.R. At Tirmidzi dan berkata : “Hadits hasan shahih”.

6. Kedua orang tuanya mendapatkan mahkota surga
Dari Muadz bin Anas t, bahwa Rasulullah e bersabda : “Barangsiapa yang membaca Al Qur`an dan mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya, Allah akan mengenakan mahkota kepada kedua orangtuanya pada Hari Kiamat kelak. (Dimana) cahayanya lebih terang dari pada cahaya matahari di dunia. Maka kamu tidak akan menduga bahwa ganjaran itu disebabkan dengan amalan yang seperti ini. ” H.R. Abu Daud.

Lirik song: Jo Bhi Kasmein; movie: RAAZ

RAAZ Movie - Jo Bhi Kasmein

Song By UDIT NARAYAN AND ALKA YAGNIK

--MALE--
Jo bhi kasmein khaayi thi humne
Waada kiya tha jo milke
Tune hi jeevan mein laaya tha mere savera
Kya tumhe yaad hai - 3
Din voh bade haseen the
Raatein bhi khushnaseeb thi
Tune hi jeevan mein laaya tha mere savera
Kya tumhe yaad hai - 3
Jaage jaage rehte the, khoye khoye rehte the
Karte the pyaar ki baatein
Kabhi tanhaai mein, kabhi purvaai mein
Hoti thi roz mulaaqaatein
Teri in baahon mein, teri panaahon mein
Maine har lamha guzaara
Tere is chehre ko, chaand sunehre ko
Maine to jigar mein utaara
Kitne tere kareeb tha
Main to tera naseeb tha
Honton pe rehta tha har waqt bas naam tera
Kya tumhe yaad hai

--FEMALE--
Haan mujhe yaad hai - 2
Aa aa aa aa, aa aa aa aa aa aa
..........................................
Aa aa aa aa aa, aa aa aa
Din ke ujaalon mein, khwaabon khayaalon mein
Maine tujhe pal pal dekha
Meri zindagaani tu, meri kahaani tu
Tu hai mere haathon ki rekha
Maine tujhe chaaha to, apna banaaya to
Tune mujhe dil mein basaaya
Pyaar ke rangon se, baheki umangon se
Tune mera sapna sajaaya
Tere labon ko choomke
Baahon mein teri jhoomke
Maine basaaya tha aankhon mein tere basera
Kya tumhe yaad hai

--MALE--
Haan mujhe yaad hai - 2

--FEMALE--
Jo bhi kasmein khaayi thi humne

--MALE--
Waada kiya tha jo milke

--FEMALE--
Tune hi jeevan mein laaya tha mere savera

--MALE--
Kya tumhe yaad hai

--FEMALE--
Haan mujhe yaad hai

--MALE--
Haan mujhe yaad hai

Selasa, 04 Januari 2011

Hukum Asalnya Poligami

Pertanyaan:
Apakah hukum asal di dalam perkawinan itu poligami ataukah monogami?

Jawaban:
Hukum asal perkawinan itu adalah poligami (menikah lebih dari satu isteri) bagi lelaki yang mampu dan tidak ada rasa kekhawatiran akan terjerumus kepada perbuatan zhalim. (Yang demikian itu diperbolehkan) karena mengandung banyak maslahat di dalam memelihara kesucian kehormatan, kesucian kehormatan wanita-wanita yang dinikahi itu sendiri dan berbuat ihsan kepada mereka dan memperbanyak keturunan yang dengannya umat Islam akan menjadi banyak dan makin banyak pula orang yang menyembah Allah -subhanahu wata’ala- semata. Dalil poligami itu adalah firman Allah:

”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seoarang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (An-Nisa: 3).

Rasulullah -sholallaahu’alaihi wasallam- pun mengawini lebih dari satu isteri, dan Allah-subhanahu wata’ala- telah berfirman:

”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu.”(Al-Ahzab: 21).

Rasulullah -sholallaahu ‘alaihi wasallam- pun bersabda setelah ada beberapa orang shahabat yang mengatakan:
“Aku akan selalu shalat malam dan tidak akan tidur”.

Yang satu lagu berkata:
“Aku akan terus berpuasa dan tidak akan berbuka”.

Yang satu lagi berkata:
“Aku tidak akan mengawini wanita”.

Tatkala ucapan mereka sampai kepada Nabi -sholallaahu’alaihi wasallam-, beliau langsung berkhutbah di hadapan para sahabatnya, seraya memuji kepada Allah, kemudian beliau bersabda:

”Kaliankah tadi yang mengatakan “begini dan begitu?!” Demi Allah, aku adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian dan paling bertakwa kepadaNya. Sekali pun begitu, aku puasa dan aku juga berbuka, aku shalat malam tapi akupun tidur, dan aku mengawini wanita. Barangsiapa yang tidak suka kepada sunnahku ini, maka ia bukan dari (umat)ku.” (Riwayat Imam al-Bukhari).

Ini adalah ungkapan luar biasa dari Rasulullah -sholallaahu’alaihi wasallam- mencakup satu isteri dan lebih.

Wabillahittaufiq.