NAMPANG DI PEMATANG SAWAH

NAMPANG DI PEMATANG SAWAH
ECTION DULU YACH...!!!

Jumat, 10 Desember 2010

DIALOG MENDIDIK DAN BERMUTU

Seorang laki laki bernama Abdullah (hamba Allah) bertemu dengan seorang laki laki lainnya yang bernama Abd Al-Nabi (Hamba Nabi). Dalam hatinya Abdullah mengingkari nama rekannya ini, dan ia berkata : “Bagaimana mungkin seseorang menjadi hamba selain hamba Allah”? lalu ia bertanya kepada Abd Al-Nabi: “ apakah engkau menyembah kepada selain Allah?

Abd Al-Nabi:
tidak, saya tidak menyembah dan tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah saja, dan saya seorang muslim.

Abdullah:
jadi nama apakah ini yang serupa dengan nama nama yang dipakai oleh orang orang Kristen seperti Abd Al-Masih (hamba Yesus)? Hal itu tidaklah aneh bagi mereka, sebab mereka menyembah Yesus. Orang yang mendengar nama anda terlintas dalam benaknya bahwa anda menyembah Nabi, dan itu bukanlah aqidah seorang muslim terhadap Nabinya; akan tetapi kewajiban seorang muslim adalah hanya menyembah kepada Allah saja, dan meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan Rosul Allah.

Abd Al-Nabi:
Tetapi Nabi Muhammad adalah sebaik baiknya manusia dan penghulu para Rosul, dan kami diberi nama ini karena mengharapkan berkah dan supaya lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan kehormatan dan kedudukan Beliau disisi Nya, dan meminta Syafa`at kepada Beliau. Jangan heran, karena saaudaraku juga namanya Abd Al- Husain dan bapakku namanya Abd Al-Rosul. Memberikan nama seperti ini ada semenjak dahulu dan sudah tersebar pada banyak orang , jadi janganlah engkau terlalu ektrims dalam masalah ini, karena ini urusan yang gampang dan sepele, dan Agama itu mudah.

Abdullah:
Ini adalah suatu kemungkaran lain yang lebih besar daripada kemungkaran yang pertama, yaitu meminta kepada selain Allah sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh siapa pun kecuali oleh Allah, baik yang diminta itu seorang Nabi Muhammad saw sendiri, atau orang sholeh yang kedudukannya lebih rendah dari Beliau, seperti Husain atau lainnya. Perbuatan ini bertentangan dengan Tauhid yang diperintahkan kepada kita, dan juga bertentangan dengan kandungan : Laa Ilaha illallah. Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada anda, agar tampak jelas betapa besar masalah ini dan juga menjelaskan bahwa ini bukanlah masalah sepele seperti yang anda sangka, dan dampak negative yang timbul dari pemakaian ini dan sejenisnya. Saya tidak mempunyai tujuan atau maksud lain kecuali untuk menegakkan kebenaran dan mengikutinya, menerangkan kebathilan dan menjauhinya, serta amar ma`ruf nahi mungkar. Hanya kepada Allah sajalah kita berserah diri dan meminta pertolongan, tiada daya dan upaya kecuali datangnya hanya dari Allah, tapi sebelumnya saya ingatkan anda dengan fiman Alllah:

”Sesungguhnya jawaban orang orang mu`min , bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rosul Nya, agar Rosul mengadili diantara mereka maka mereka menjawab “kami dengar dan kami patuh”. ( An Nur :51)

Dan firman Allah lainnya :

“Maka jika kamu sekalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rosul, jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari kemudian” (An nisa :59)
Abdullah: Anda mengatakan bahwa anda mengesakan Allah dan bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah. Bisakah anda menjelaskan maknanya kepadaku?

Abd Al-Nabi:
Tauhit itu adalah anda percaya Allah itu ada, Dia lah yang menciptaka langit dan bumi, Dia lah yang mengatur alam semesta, dan Dia lah yang menghidupkan dan mematikan. Yang maha mengetahui , dan Maha mengatur rizqi untuk makhluk Nya, dan Ia lah pemilik asmaul husna.

Abdullah:
Kalau hanya itu hakikat tauhid, pastilah Fir`aun dan kaumnya, Abu Jahal dan yang lainnya adalah orang orang yang mengesakan Allah; karena mereka mengetahui hal ini seperti kebanyakan orang orang musyrik. Fir`aun yang mengaku ngaku dirinya sebagai Tuhan, dalam lubuk hatinya mengaku dan percaya bahwa Allah itu ada, Dia lah yang mengatur alam semesta, dalilnya firman Allah :

“Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman mereka dan kesombongan, padahal hati mereka meyakini kebenarannya. (An Naml:14)

Pengakuan itu jelas ketika ia akan tenggelam. Akan tetapi Tauhid yang karenanya diutus para Rosul, diturunkan kitab kitab suci dan diperangi kaum Quraisy adalah Tauhid yang mengandung makna pengesaan Allah dalam ibadah. Ibadah adalah sebutan yang mencakup semua apa yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, baik itu berupa perkataan, perbuatan yang lahir maupun yang bathin. Kata Al-Ilah dalam kalimat Tahlil , artinya adalah Yang diibadahi/disembah, yang mana ibadah itu tidaklah dilakukan kecuali hanya untuk dan kepada Nya.

Abdullah:
Tahu kah anda mengapa para Rosul diutus, dan yang pertama kali adlah Nabi Nuh A.S?

Abd Al-Nabi:
Agar mengajak kaum musyrikin untuk menyembah Allah semata, dan meninggalkan segala sekutu bagi Nya.

Abdullah:
lalu apakah sebab terjadinya syirik pada kaum Nabi Nuh AS?

Abd Al-Nabi:
Saya tidak tahu

Abdullah:
Allah mengutus Nabi Nuh Ketika mereka mengkultuskan dan menyanjung orang orang sholeh, seperti: “Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya`uq, dan Nasr”.

Abd AL-Nabi:
maksud anda bahwa Wadd, Suwa dan yang lainnya adalah nama orang orang sholeh, dan bukan nama nama tirani kafir?

Abdullah:
Ya, mereka adalah orang orang sholeh dan oleh kaum nabi Nuh mereka dijadikan Tuhan, lalu diikuti oleh orang orang Arab.dalilnya adalah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, ia berkata:

“Berhala berhala yang dulu ada pada kaum Nabi Nuh kemudian menjadi berhalnya bangsa Arab, Wadd kepunyaan kabilah Kalb di daumah aljandal, dan suwa` dimiliki oleh kabilah Hudzail, adapun Yaghuts pertama kali dimiliki oleh kabilah Murad, kemudian menjadi milik kabilah Bani Ghuthaif, dan lainnya, mereka adalah nama nama orang sholeh dari kaum Nabi Nuh, setelah mereka mati, syaitan membisikkan kepada kaum mereka untuk membuat patung di majlis majlis dimana mereka biasa duduk, dan patung patung itu diberi nama mereka masing masing. Hal itu biasa mereka lakukan, dan pada waktu itu belum sempat disembah, sampai suatu ketika generasi itu binasa dan ilmu agama lenyap, dan akhirnya patung patung itu disembah” (H.R Bukhori).

Abd Al-Nabi:
Ini sungguh perkataan yang aneh!

Abdullah:
Maukah aku tunjukkan yang lebih aneh lagi? Anda mengetahui bahwasanya penutup segala nabi, nabi Muhammad saw telah diutus kepada kaum yang beristigfar, beribadah, melakukan thawaf, sai, melaksanakan haji, dan bersedekah, akan tetapi mereka menjadikan sebagian makhluk sebagai perantara antara mereka dengan Allah, mereka berkata: kami menginginkan agar mereka dapat mendekatkan kami kepada Allah, dan kami mengharapkan syafa`at mereka disisi-Nya, seperti para malaikat, nabi Isa dan orang sholeh lainnya, maka Allah mengutus nabi Muhammad saw untuk memperbaharui agama bapak mereka yaitu nabi Ibrohim. Beliau menyampaikan kepada mereka, bahwa pendekatan diri dan kepercayaan ini, merupakan hak yang khusus hanya milik Allah, tidak sedikitpun boleh untuk selain-Nya. Dia lah sang pencipta semata, tidak memiliki sekutu, tidak ada yang member rizqi kecuali Dia, tujuh lapis langit beserta isinya dan tujuh bumi beserta isinya adalah hamba-Nya, dibawah pengawasan dan pengaturan-Nya. Bahkan berhala yang mereka sembah pun mengakui, bahwa sesungguhnya mereka dibawah kepemilikan dan pengaturan Nya.

Abd Al-Anabi:
perkataan ini aneh dan berbahaya, apa ada dalilnya?

Abdullah:
Dalilnya banyak sekali, diantaranya firman Allah:

“Katakanlah: siapakah yang memberikan rizqi kepadamu dari langi dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan, mereka menjawab: “Allah”. Maka katakanlah: mengapa kamu tidak bertaqwa kepada-Nya?” (Yunus: 31)

Dan ada lagi firman Allah:

“Katakanlah: Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, iika kamu mengetahui”. Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah”. Katakanlah: “Siapakah yang mempunyai langit yang tujuh dan yang mempunyai `Arsy yang besar”`mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah”. Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertaqwa”. Katakanlah: “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Ia melindungi, tetapi tidak ada yang melindungi dari azab-Nya, jika kamu mengetahui. Mereka menjawab: “ kepunyaan Allah”. Katakanlah: “kalau demikian, maka dari jalan manakah kamu ditipu?”. ( Al-Mukminun: 84-89)

Pengakuan kaum musyrikin Quraisy bahwa Allah lah yang mengatur alam semesta atau yang dikenal dengan tauhid Rububiyah, tidak menjadikan mereka masuk islam, dan juga pengakuan mereka bahwa yang mereka tuju adalah para malaikat, para nabi, dan para wali, menginginkan syafa`at mereka dan mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan cara tersebut, justru perbuatan mereka itulah yang membuat darah dan harta mereka halal. Maka dari itu, wajib hukumnya berdo`a , nadzar, sembelihan dan minta tolong serta segala jenis ibadah hanya ditujukan kepada Allah.

Abd Al-Nabi:
Apabila tauhid itu bukan hanya sekedar mengakui adanya Allah, lalu apa makna tauhid itu?

Abdullah:
Tauhid yang oleh karenanya diutus para rosul, dan orang musyrik enggan mengakuinya adalah: Pengesaan Allah dalam bentuk Ibadah. Oleh karena itu, sesuatu dari jenis ibadah tidak boleh ditujukan kecuali untuk Allah semata, seperti do`a, sembelihan, puasa, dan lainnya. Tauhid inilah yang dimaksud dalam kalimat Laa ilaha illallah. Lalu nabi Muhammad diutus dengan membawa kalimat tauhid ini, bukan sekedar mengucapkannya saja, untuk menerapkan maknanya.

Abd Al-Nabi:
Seakan akan engkau mau mengatakan bahwa kaum musyrik lebih mengetahui makna laa ilaha illallah daripada kebanyakan kaum muslimin pada zaman kita sekarang ini.

Abdullah:
ya, inilah realita yang menyedihkan, orang orang kafir mengetahui bahwa maksud nabi saw dengan kalimat ini adalah mengesakan Allah dengan ibadah, dan mengingkari sesuatu yang ditujukan ibadah kepadanya selain Allah, serta berlepas diri darinya. Buktinya, tatkala nabi menyeru kepada mereka, ucapkanlah : laa ilaha illallah, mereka menjawab: mengapa ia menjadikan ilah ilah itu hanya ilah yang satu saja, sesungguhnya ini benar benar sesuatu yang sangat mengherankan. (Ash Shaad:5)

Mereka berkata demikian, meskipun meyakini bahwa Allah lah yang mengatur alam semesta ini.
Apabila orang kafir quraisy mengetahui makna hal itu, maka sangat mengherankan jika seorang yang telah mengaku seorang muslim, tapi tidak mengetahui makna kalimat tauhid. Bahkan ia mengira bahwa hal itu hanya sebatas mengucapkan huruf hurufnya saja tanpa harus meyakini maknanya dalam hati, dan orang yang pintar dari mereka mengira bahwa maknanya adalah: tidak ada yang menciptakan, tidak ada yang memberi rizqi , dan tidak ada yang mengatur segala urusan selain Allah. Maka tidak ada kebaikan sama sekali pada diri orang yang mengaku beragama Islam, sedangkan orang yang paling bodoh dari golongan kafir Quraisy saja memahami dan mengetahui akan makna Laa ilaha illallah, melebihi daripada mereka.

Abd Al-Nabi:
Akan tepapi saya tidak mempersekutukan Allah, bahkan saya bersaksi bahwasanya tidak ada yang menciptakan, memberi rizqi, mendatangkan manfaat dan menimpahkan bahaya kecuali hanya Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan bahwasanya Muhammad adalah nabi dan rosul Nya, dan juga meyakini bahwa Muhammad saw tidak memiliki kesanggupan untuk mendatangkan manfaat dan bahaya bagi dirinya sendiri, apalagi Ali, Husain, Abdul Qadir dan lainnya. Akan tetapi saya ini orang yang penuh dosa, dan mereka adlah orang orang sholeh yang memiliki kehormatan disisi Allah, jadi saya meminta kepada mereka agar memberiku syafa`at dengan kedudukan mereka disisi Allah.

Abdullah:
Aku jawab pertanyaan mu dengan apa yang telah aku sampaikan, yaitu: orang orang yang diperangi oleh rosulullah mengakui seperti yang engkau akui, mengakui bahwa berhala mereka tidak dapat mendatangkan manfaat dan bahaya, yang mereka inginkan hanyalah syafa`at dan kedudukan mereka , sebagaimana yang telah dibuktikan oleh Al-qur`an.

Abd Al-Nabi:
Akan tetapi ayat itu turun untuk orang yang menyembah berhala, bagaimana mungkin anda mengatakan bahwa nabi nabi dan orang sholeh seperti berhala.

Abdullah:
Tadi sudah kita sepakati bahwa sebagian berhala ini diberi nama dengan nama nama para orang sholeh, sebagaimana yang telah terjadi pada umat nabi Nuh, dan orang orang kafir tidak pernah menginginkan dari mereka kecuali hanya syafaat disisi Allah, dikarenakan yang mereka sembah itu mempunyai kedudukan disisi Allah.

Allah berfirman:

“Dan orang orang yang mengambil pelindung selain Allah, mereka mengatakan kami tidaklah menyembah mereka, melainkan supaya mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat dekatnya. (Az zumar:3)

Adapun ucapan anda: bagaimana mungkin engkau jadikan para nabi dan wali sebagai patung? Kami katakan: sesungguhnya orang kafir, diantara mereka ada yang menyeru kepada para wali, sebagai mana Allah firmankan dalam salah satu ayat qur`an Nya yang mulia;

“Orang orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa diantara mereka yang lebih dekat kepada Allah dan mengharapkan rahmat Nya dan takut akan azab Nya, sesungguhnya azab Rabbmu adalah sesuatu yang harus ditakuti”. (Al-Isra:57)

Dan diantara mereka ada yang menyeru kepada Isa dan ibuya, Allah berfirman:

“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman:”hai `Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:”jadikanlah aku dan ibuku dua orang ilah selain Allah”. (Al maidah:40)

Diantara mereka ada yang menyeru para Malaikat,
Allah berfirman:

“Dan ingatlah hari yang waktu itu Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada Malaikat Nya, apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?”. ( Saba`:40)

Cobalah renungkan ayat ayat ini, Allah telah mengkafirkan orang orang yang mendatangi berhala, dan Allah juga mengkafirkan orang orang yang mendatangi orang orang sholeh, para nabi, malaikat dan wali wali untuk menyembah mereka, kedua duanya sama, begitu jugaRosulullah saw memerangi mereka tanpa membedakan satu sama lainnya dalam hal itu.
Abd Al-Nabi: Namun mereka orang kafir menginginkan manfaat, sedangkan saya seorang muslim yang mendatangi mereka hanya untuk mengharapkan syafaat mereka disisi Allah.
Abdullah: Perkataanmu itu sama halnya dengan perkataan orang kafir, persis sekali, Allah berfirman:

“Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan mudharat bagi mereka, dan mereka berkata: mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami disisi Allah”. (Yunus:18)

Abd Al-Nabi:
Akan tetapi saya tidak beribadah kecuali hanya untuk Allah, adapun berlindung dan berdo`a kepada mereka bukanlah termasuk ibadah.

Abdullah:
Tapi saya Tanya, “apakah anda mengakui bahwa Allah telah mewajibkan untuk memurnikan ibadah hanya untuk Allah, dan inilah haq Allah yang wajib engkau penuhi? Allah berfirman: “padahal mereka tidak disuruh, kecuali hanya untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus”. (Albayinah:5)

Abd Al-Nabi:
Memang, Allah telah mewajibkan hal itu kepadaku.

Abdullah:
Tolong jelaskan kepaddaku, hal yang telah Allah wajibkan kepadamu ini!

Abd Al-Nabi:
Saya tidak mengerti apa yang anda maksudkan pertanyaan ini, tolong jelaskan

Abdullah:
Dengarkan baik baik, saya akan jelaskan kepadamu, Allah berfirman:

“berdo`alah kepada Robb mu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas”. (Al a`rof:55)

apakah berdo`a itu adalah beribadah kepada Allah atau bukan?

Abd Al-Nabi:
Benar, berdo`a itu adalah sumber ibadah, seperti dalam hadits:

”Do`a itu adalah ibadah”. (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Abdullah:
Sekali lagi anda mengakui bahwa berdo`a adalah ibadah kepada Allah, lantas anda berdo`a kepada Allah setiap hari, siang dan malam karena rasa takut (dari azab Nya) dan dengan harap agar keperluan anda terpenuhi, kemudian anda juga berdo`a kepada nabi, malaikat, dan wali waliyang berada dalam kuburannya untuk keperluan yang sama, apakah anda telah mempersekutukan Allah dalam ibadah ini?

Abd Al-Nabi:
ya, aku telah mempersekutukan Allah, dan ini adalah perkataan yang benar dan jelas.

Abdullah:
ini contoh yang lain,apabila andamengetahui firman allah:

“Maka sholatlah bequrbanlah untuk Rabb mu”. (Alkautsar:2)

Lalu menaati Allah dengan berqurban untuk Nya, apakah qurbanmu merupakan ibadah kepada Nya atau bukan?

Abd Al-Nabi:
Ya, itu merupakan suatu ibadah.

Abdullah:
jika anda menyembelihnya untuk seorang makhluk, seperti nabi, jin, atau lainnya beserta Allah, apakah anda menyekutukan Allah dalam ibadah ini?

Abd Al-Nabi:
Ya, itu merupakan suatu kesyirikan dan hal itu tak diragukan lagi kesyirikannya.

Abdullah:
Saya telah memberimu contoh dengan hal do`a dan qurban, karena do`a adalah jenis ibadah ucapan yang paling dikuatkan dan qurban merupakan jenis ibadah perbuatan yang paling dikukuhkan. Ibadah itu bukan hanya sebatas dua jenis itu saja, tetapi lebih umum lagi, termasuk didalamnya : Nadzar, sumpah, minta pelindungan dan pertolongan, dan lainnya. Namun orang orang musyrik yang diturunkan Alqur`an kepada mereka, apakah mereka dulu beribadah kepada malaikat, orng sholeh atau kepada lainnya?.

Abd Al-Nabi:
Ya, mereka melakukan itu.

Abdullah:
Apakah mereka melakukan hal itu dalam perkara do`a saja? Kalau tidak demikian, maka mereka telah mengakui bahwa mereka adalah hamba Allah, berada dibawah kekuasaan Nya, dan mengakui bahwa Allah lah yang mengatur segala urusan, namun mereka berdo`a dan berlindung kepada semua itu; karena kehormatan dan syafaat, hal ini nyata sekali.

Abd Al-Nabi:
Wahai Abdullah, apakah anda mengingkari syafaat Rosulullah saw dan berlepas diri dari padanya?

Abdullah:
Tidak, saya tidak mengingkarinya,juga tidak berlepas diri dari padanya, bahkan Beliau – aku tebus beliau dengan ibu dan bapakku- adalah yang memberi syafaat dan yang diberi izin untuk memberi syafaat saw, saya mengharapkan syafaatnya namun demikian syafaat itu milik Allah, seperti firman Nya:

“Hanya milik Allah lah syafaat itu semuanya”(Az zumar:44).

Dan syafaat itu tidaklah berlaku kecuali atas kehendak dan izin Allah, sebagai man fiman Nya:

“Siapakah yang dapat memberikan syafaat disisi Allah tanpa izin Nya”. (Al baqoroh:255)

Juga tidak bisa diberikan kepada seseoang kecuali atas izin Allah, Allah berfirman:

“Dan mereka tidak dapat memberikan syafaat melainkan kepada orang orang yang diridhoi oleh Allah”. (Al Anbiya:28)

Dan Allah tidaklah meridhoi kecuali untuk hamba hamba Nya yang menjalankan dan mengamalkan tauhid secara benar, sebagai man firman Allah:

“ Barang siapa yang mencari Agama lain Agama Islam, maka sekali kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan di akhirat kelak termasuk orang orang yang merugi”. (Al Imron:85)

Apabila syafaat itu semua milik Allah, dan tidak diberikan kecuali atas izin dari Nya, juga nabi Muhammad saw atau yang lainnya tak akan bisa memberikan syafaat, sehingga Allah mengizinkannya, dan Allah tidak akan memberikan syafaat dan juga tak akan memberikan izin nabi dalam syafaat Nya, kecuali hanya diperuntukkan bagi pelaku Tauhid. Dengan demikian, jelas sudah bahwa syafaat itu hanya milik Allah mutlak seluruhnya, maka dari itu aku akan memintanya kepada Allah, dan aku katakan:

“Ya Allah, janganlah Engkau haramkan atas kami untuk mendapatkan syafaat Mu, Ya Allah izinkanlah Beliau (nabi saw) memberikan syafaat padaku”.

Abd Al-Nabi:
Kita telah sepakat, bahwasanya tidak boleh meminta sesuatu kepada orang yang tidak memilikinya. Adapun nabi Muhammad saw, Allah telah memberinya syafaat, oleh karena itu ia telah memiliknya, maka aku dapat meminta kepada Beliau apa yang beliau miliki, hal itu bukan syirik.

Abdullah:
“Ya, ini perkataan yang benar kalau sekiranya Allah tidak melarangmu, Allah berfirman:

“Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun disamping Allah”. (Aljin:18)

Meminta syafa`at sama halnya dengan berdo`a, dan yang memberikan syafa`at kepada Nabi saw adalah Allah dan Dia juga lah yang melarangmu untuk meminta syafa`at kepada siapa pun selain kepada Nya. Syafa`at juga diberikan kepada selain Nabi saw. Dalam suatu riwayat yang shahih disebutkan, bahwa para malaikat memberikan syafa`at, anak anak kecil yang meninggal dunia sebelum akil baligh, dan para wali juga memberikan syafa`at. Apakah anda akan mengatakan: sesungguhnya Allah telah memberikan syafa`at kepada mereka, lantas aku akan meminta kepada mereka. Jika anda mengatakan hal itu, maka anda kembali beribadah kepada orang shaleh, sebagaimana yang Allah sebutkan dalam Al qur`an, dan jika anda katakana: tidak, maka perkataan anda yaitu: (Allah telah memberinya syafa`at dan aku meminta kepadanya bagian apa yang telah diberikan kepadanya) tidaklah benar.

Abd Al-Nabi:
“Tapi saya tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun. Dan berlindung kepada orang shaleh yang telah mati bukanlah syirik”

Abdullah:
“Apakah anda meyakini bahwa Allah mengharamkan syirik, dan dosanya lebih besar dari pada zina dan Allah tidak akan mengampuni dosa syirik?”

Abd Al-Nabi:
“Ya, saya mengakui itu, dan jelas sekali dalam firman Allah.”

Abdullah:
“Sekarang anda telah menafikan syirik yang telah Allah haramkan dari dirimu, bisakah anda menjelaskan kepadaku, mempersekutukan Allah yang anda belum terjatuh kedalamnya, dan anda telah menafikannya dari diri anda?”

Abd Al-Nabi:
“Syirik itu adalah menyembah kepada patung, menghadap, meminta dan takut kepadanya”

Abdullah:
“Apa maksudnya beribadah kepada patung? Apakah anda mengira bahwa orang orang kafir Quraisy meyakini bahwa kayu kayuan dan batu batu yang mereka pahat menjadi patung dapat menciptakan, memberi rizqi, dan mengatur urusan orang yang berdo`a kepadanya? Mereka sama sekali tidaklah meyakini hal itu, seperti yang telah saya sampaikan kepadamu”

Abd Al-Nabi:

“Saya juga tidak meyakini hal itu, akan tetapi orang yang mendatangi kayu, batu, bangunan diatas kubur, atau hal lainnya, menyerunya dan menyembelih untuknya, dia berkata: “hal ini akan mendekatkan kami kepada Allah sedekat dekatnya, dan Allah akan menjauhkan kami dari bahaya karena keberkahannya. Inilah yang saya maksud menyembah patung.”

Abdullah:
“Anda benar, Akan tetapi inilah perbuatan kalian pada bebatuan, bangunan bangunan, dan kubah yang ada diatas kubur, atau lainnya. Juga anda katakan: syirik adalah beribadah kepada patung, apa maksudmu dikhususkan kepada orang yang melakukan hal itu saja? Adapun bersandar diri kepada orang shaleh yang telah tiada, dan berdo`a kepadanya tidak dikategorikan syirik”

Abd Al-Nabi:
“Ya, inilah yang saya maksudkan.”

Abdullah:
“Jadi, dimana posisi anda dari ayat ayat yang telah saya sampaikan tentang haramnya bersandar kepada Nabi, dan orang orang shaleh serta bergantung kepada para malaikat dan lainnya, dan tentang kufurnya orang yang melakukan hal tersebut? Seperti yang telah saya sampaikan dan tunjukkan dalil dalilnya kepada anda.”

Abd Al-Nabi:
“Akan tetapi orang yang berdo`a kepada Nabi, malaikat dan orang orang shaleh tidaklah menjadikan dirinya kafir, mereka menjadi kafir karena mengatakan sesungguhnya para malaikat itu adalah anak perempuan Allah, dan Al-Masih adalah anak Allah, sedangkan kita tidak mengatakan Abdul Qadir Al-zaelani anak Allah, dan juga tidak mengatakan Zaenab anak perempuan Allah.”

Abdullah:
“Menisbatkan anak kepada Allah adalah kekufuran tersendiri. Allah berfirman:

“katakanlah: “Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Ilah yang bergantung kepada Nya segala sesuatu. Dia Allah tidaklah melahirkan dan juga tidak diperanakkan”. (Al Ikhlas:1-3)

Kata kata Al Ahad (Yang Maha Esa) artinya: tiada tandingan bagi Nya, dan Ash shomad artinya Yang Dituju untuk dimintai segala kebutuhan. Siapa saja mengingkari hal ini, maka ia kafir, meskipun tidak pernah mengingkari surat Al Qur`an ini.
Allah berfirman:

“Allah sekali kali tidaklah mengambil anak,dan sekali kali tidak ada Ilah yang lain beserta Nya, kalau ada ilah yang lain Nya, masing masing Ilah itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian Ilah Ilah itu akan mengalahkansebagian yang lainnya”.(Al Mukminun:91)

Jadi bedakanlah antara dua kekufuran itu. Dalil lain dalam hal ini, orang orang yang kafir karena berdo`a kepada berhala Lat, meskipun awalnya Lat adalah orang yang shaleh, namun mereka tidak menjadikannya sebagai anak Allah, begitupun halnya orang orang kafir yang menyembah Malaikat, tidaklah mereka menjadikan Malaikat sebagai anak Allah. Keempat mazhab menyebutkan pada bab bahasan (Hukum orang murtad), seorang Muslim apabila beranggapan bahwa Allah itu memiliki anak, maka ia murtad. Jika ia mempersekutukan Allah maka ia murtad pula, mereka membedakan antara dua hal ini.

Abd Al-Nabi:
“Akan tetapi Allah berfirman:

“Ingatlah, sesungguhnya wali wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran dalam dirinya dan juga mereka bersedih hati”. (Yunus:62)

Abdullah:
“Kita meyakini hal itu, dan kita juga berpendapat demikian, akan tetapi ibadah tidak kita tujukan kepada mereka. Kita tidak boleh memperuntukkan ibadah dan permintaan kita kepada mereka, adapun kewajiban kita hanyalah mencintai mereka, mengikuti dan mengakui karomah mereka, tidak ada yang memungkiri karomah mereka kecuali ahli bid`ah. Agama Allah adalah penengah antara dua sisi, petunjuk diantara dua kesesatan, dan kebenaran antara dua kebathilan.

Abd Al-Nabi:
“Orang orang yang diturunkan atas mereka Al-qur`an, menolak untuk mengakui bahwa tiada tuhan yang haq selain Allah, mereka mendustai Nabi saw dan mengingkari adanya hari kebangkitan, mendustai Al-qur`an dan mengolok oloknya sebagai sihir, sedangkan kami mengimani Allah dan Nabi Nya,dan juga mengimani Al-qur`an, serta mengimani hari akhir, dan kami juga melaksanakan sholat, puasa, jadi bagaimana mungkin saudara menyamakan kami dengan mereka?”

Abdullah:
“Namun semua ulama sepakat, apabila seseorang mempercayai Nabi pada satu hal tapi mendustainya pada hal yang lainnya, maka dia itu kafir, bukan lagi bagian dari orang muslim. Begitu juga halnya apabila ia beriman kepada sebahagian Al-qur`an dan mengingkari sebahagian yang lainnya, seperti orang yang mengimani tauhid tapi mengingkari kewajiban sholat, atau mengimani tauhid dan juga melaksanakan sholat, tapi enggan berpuasa, atau ia mengimani itu semua, tapi ia mengingkari ibadah haji. Ketika pada zaman Nabi saw segelintir orang tidak mau tunduk untuk melaksanakan ibadah haji, maka Allah menurunkan ayat:

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia kepada Allah, (yaitu) bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta” (Ali Imron:97)

Apabila ia mengingkari adanya hari kebangkitan, maka kafir secara ijma`. Oleh karena itu Al-qur`an menjelaskan dengan terang, bahwa siapa sajaberiman dengan sebagian dan kafir dengan sebagian yang lain, maka dia benar benar telah kafir. Allah memerintahkan untuk mengambil ajaran Islam secara keseluruhan. Siapa saja mengambil sesuatu dan meninggalkan sesuatu yang lain dari isi Al-qur`an, maka sungguh ia telah kafir. Apakah anda mengaakui bahwa orang yang beriman dengan sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain adalah kafir?

Abd Al-Nabi:
“Ya, saya mengakui itu. Dan jelas sekali dalam firman ayat Al-qur`an yang mulia.

Abdullah:
“Jika anda yakin bahwa orang yang mempercayai Rosulullah saw dalam sesuatu hal dan mengingkari kewajiban sholat, atau mengakui kewajiban itu semuanya kecuali hari kebangkitan, maka ia telah kafir,darah danhartanya halal berdasarkan ijma` semua mazhab, dan Al-qur`an telah mengatakannya seperti yang telah saya utarakan tadi. Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tauhid itu kewajiban yang paling besar yang di bawa oleh Nabi Muhammad saw, tauhid lebih agung dari sholat, zakat, dan haji, jadi bagaimana mungkin mengingkari salah satu dari perkara perkara ini menjadi kafir, meskipun dia melaksanakan seluruh yang di bawa oleh Nabi saw, lalu apabila ia mengingkari tauhid yang merupakan agama seluruh Nabi dia tidak menjadi kafir? Maha suci bagi Allah, betapa anehnya kebodohan ini.

Coba perhatikan shahabat shahabat Rosul saw tatkala mereka memerangi bani hanifah di Yamamah. Mereka yang diperangi itu sudah masuk Islam bersama Nabi saw, bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, dan mereka melaksanakan sholat dan mengumandangkan Adzan.

Abd Al-Nabi:
“Tapi mereka mengangkat Musailamah Al kadzab adalah seorang Nabi, sementara kami mengatakan: “Tidak ada Nabi setelah Nabi saw”.

Abdullah:
“Akan tetapi kalian mengangkat Ali, Abdul Qadir, atau yang lainnya dari kalangan Nabi dan malaikat kepada tingkatan penguasa langit dan bumi. Apabila mengangkat seseorang kepada tingkat kenabian saja menjadi kafir, harta dan darahnya menjadi halal, syahadat dan sholatnya pun tak bisa menolong mereka. Maka orang yang mengangkat seseorang makhluk setara dengan Allah lebih kafir lagi. Begitu juga orang orang yang dibakar oleh Ali dengan api, kesemuanya mengaku beragama islam, semuanya adalah pengikut Ali, dan belajar dari shahabat, akan tetapi mereka berkeyakinan kepada Ali seperti keyakinan kalian kepada abdul Qadir dan yang lainnya. Bagaimana para shahabat sepakat untuk membunuh dan mengkafirkan mereka? Apakah anda mengira bahwa para shahabat itu telah mengkafirkan seorang muslim? Atau anda mengira bahwa berkeyakinan kepada seorang sayyid dan semisalnya tidak membahayakan aqidah anda, dan berkeyakinan kepada Ali itu kafir?

Dikatakan juga: “Apabila orang orang yang terdahulu tidak dikafirkan kecuali karena mereka menggabungkan antara syirik dan pendustaan kepada Rosulullah saw dan Al-qur`an, dan juga mengingkari hari pembalasan dan lainnya, lantas apa maksud dari bab bahasan yang disebutkan oleh ulama setiap mazhab “bab hukum murtad”, yaitu orang Islam yang kafir setelah Islam, kemudian mereka menyebutkan banyak hal, setiap jenis dari hal itu bisa mengkafirkan, dan menjadikan halal darah dan harta mereka, sampai sampai mereka menyebutkan banyak hal hal sepele bagi yang mengerjakannya, seperti ucapan kebencian kepada Allah, diucapkan dengan lisan tanpa meyakininya dalam hati, ia mengucapkannya sambil bercanda dan main main, begitu juga seperti orang orang yang disebutkan oleh Allah dalam firman Nya:

“Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat ayat Nya dan Rosul Nya, kamu selalu berolok olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir setelah beriman” (At taubah:65-66)

Mereka yang dikatakan oleh Allah secara terang terangan kafir satelah beriman dalam ayat tersebut diatas, adalah orang orang yang bersama Rosul saw ketika perang Tabuk, mereka mengatakan suatu kalimat, dan disebutkan pula mereka mengatakannya sambil bercanda.
Dan dikatakan juga:

“Apa yang dikisahkan Allah tentang Bani Isro`il, dengan segala keislaman, ilmu pengetahuan dankeshalehan yang mereka miliki, mereka berkata kepada Nabi Musa: “Buatkanlah bagi kami sesembahan”, dan juga perkataan beberapa shahabat Nabi saw: “Jadikanlah untuk kami pohon untuk menggantungkan senjata kami (agar dapat berkahnya), maka Roslullah saw bersumpah bahwa ucapan ini sama dengan perkataan umat Nabi Musa: “Buatkanlah bagi kami sebuah sesembahan sebagaimana mereka mempunyai beberaapa sembahan” (Al A`raf:138)

Abd Al-nabi:
“Akan tetapi Bani Isro`il dan orang yang meminta kepada Nabi saw agar dibuatkan Dzatu anwath (pohon untuk menggantungkan senjata) tidak dikafirkan karena hal itu”

Abdullah:
“Jawabnya bahwa Bani Isro`il dan orang yang meminta kepada Nabi saw belum melakukannya, andai saja Bani Isro`il melakukan hal itu, pastilah mereka menjadi kafir, dan juga orang orang yang dilarang oleh Nabi saw jika mereka tidak mentaati beliau, dan membuat Dzatu anwath (pohon untuk menggantungkan senjata) setelah larangan Beliau, pastilah mereka menjadi kafir”

Abd Al-Nabi:
“Tapi saya mempunyai permasalahan yang lain, yaitu kisah Usamah Bin Zaid. Tatkala beliau membunuh orang yang mengucapkan: “Laa ilaha illallah”, Nabi Muhammad saw mengingkarinya, Beliau berkata: “wahai Usamah, apakah engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan: “Laa ilaha illallah”? dan sabda Nabi saw yang lain: “Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan “Laa ilaha illallah”.

Bagaimanakah cara engkau memadukan antara apa yang engkau sampaikan dengan Hadits tadi? Tolong terangkan kepadaku, semoga Allah memberimu petunjuk.”

Abdullah:
“Kita tahu bahwa Nabi saw telah memerangi orang Yahudi, dan menjadikan mereka sebagai budak, sedangkan mereka mengatakan “Laa ilaha illallah”, begitu juga para shahabat memerangi Bani Hanifah, sedangkan mereka juga mengucapkan “Laa ilaha illallah”, dan Muhammad adalah utusan Allah, dan berpuasa, begitu juga halnya orang yang dibakar oleh Ali Bin Abi Tholib.
Anda mengakui, bahwa orang yang mengingkari hari kebangkitan adalah kafir, dan halal untuk dibunuh, meskipun ia mengucapkan “Laa ilaha illallah”. Juga mengakui bahwa siapa saja yang mengingkari salah satu rukun Islam maka ia kafir dan halal untuk dibunuh meskipun ia mengucapkan “Laa ilaha illallah”. Jadi bagaimana mungkin kalimat syahadat itu bermanfaat baginya jika ia dia mengingkari salah satu furu` (cabang) tauhid, yang merupakan pokok (sendi) agama para Rosul dan Nabi?, mungkin anda belum paham tentang makna hadits ini.

Adapun hadits Usamah, sesungguhnya ia membunuh seseorang yang mengaku masuk islam; karena Usamah mengira bahwa orang tersebut tidaklah mengucapkan Syahadat, kecuali karena ia khawatir terhadap darah dan hartanya. Seseorang yang mengaku Islam tidak boleh di apa apakan, sampai tampak jelas dari dirinya sesuatu yang bertentangan dengan hal itu. Allah berffirman:

“Hai orang orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) dijalan Allah, maka telitilah” (An nisa:94)

Artinya: Hati hatilah dalam menentukan. Ayat diatas menunjukan sikap menahan diri, dan berhati hati. Jika tampak jelas setelah itu, maka sesuatu yang bertentangan dengan Islam, harus dibunuh; karena Allah berfirman: “telitilah”. Seandainya dia tidak dibunuh jika mengucapkan shahadat, maka tidak ada artinya untuk bersikap hati hati.

Begitu juga dengan hadits yang lainnya, artinya sama seperti yang saya telah sebutkan, bahwa orang yang memperlihatkan tauhid dan keislamannya, maka harus dilindungi kecuali jika sudah jelas darinya sesuatu yang bertentangan dengan hal itu. Dalilnya adalah bahwa Rosulullah saw bersabda:

“Apakah engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan Laa ilaha illallah?”

dan beliau bersabda:

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai ia mengucapkan Laa ilaha illallah”, beliau juga bersabda tentang kaum Khawarij: “Dimanapun kau temui mereka, maka bunuhlah mereka”,

padahal mereka adalah orang yang paling banyak beribadah dan bertahlil, sampai sampai para shahabat merasa rendah diri saat melihat ibadah mereka, mereka pun belajar ilmu dari para shahabat, namun kalimat “Laa ilaha illallah” tidak bisa melindungi mereka dari pembunuhan yang diperintahkan oleh Nabi saw, begitu juga ibadah yang banyak, dan pengakuan sebagai seorang Muslim,tidak dapat menyelamatkan mereka dari fatwa Nabi, karena sesuatu yang bertentangan dengan syari`at tampak jelas dalam diri mereka.

Abd Al-Nabi:
“Apa komentarmu tentang Hadits Nabi saw yang shahih, bahwa pada hari kiamat nanti manusia akan meminta pertoolngan kepada Nabi Adam, kemudian kepada Nabi Nuh, kemudian kepada Nabi Ibrohim, kemudian kepada Nabi Musa, kemudian kepada Nabi Isa. Tetapi para Nabi itu tidak bisa memberikan pertolongan, sampai terakhir kepada Nabi Muhammad saw. Ini menunjukkan bahwa Istighotsah (minta tolong) kepada selain Allah bukan musyrik.

Abdullah:
“Anda keliru tentang hakikat masalah ini. Kita tidak mengingkari istighotsah kepada makhluk yang masih hidup dan hadir dihadapannya dalam hal halyang disanggupi. Sebagaimana firman Allah:

“Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan musuhnya” (Al qoshosh:15)

Sama seperti orang meminta tolong kepada temannya, baik dalam berperang atau lainnya dalam perkara perkara yang mampu dilakukannya. Kita mengingkari istighotsah dalam hal ibadah yang kalian lakukan pada kuburan para wali atau saat mereka tidak ada dihadapan kalian dalam perkara yang tidak ada yang mampu melakukannya kecuali hanya Allah. Adapun pada hari kiamat, manusia beristighotsah kepada para Nabi, agar para Nabi berdo`a kepada Allah supaya segera menghisab manusia, sehingga penduduk Jannah dapat beristirahat dari kesusahan situasi pada saat itu. Perbuatan seperti ini boleh dilakukan di dunia dan di akhirat, dengan cara anda mendatangi orang sholeh, duduk dihadapannya dan dia mendengar ucapan anda, lantas anda katakana kepadanya: “Do`akanlah aku kepada Allah”, sebagai mana shahabat Nabi saw meminta kepada beliau semasa Beliau masih hidup. Adapun setelah Beliau sudah wafat, sama sekali tidak boleh. Karena itu mereka tidak meminta kepada beliau pada kuburannya, bahkan para salaf mengingkari orang yang sengaja berdo`a kepada Allah pada kuburan beliau.

Abd Al-Nabi:
“Apa komentarmu tentang kisah Nabi Ibrohim, tatkala Ia dilempar kedalam api unggun, lalu jibril menghadangnya diatas udara seraya berkata: “Apakah kamu punya keperluan?” Ibrohim menjawab: “Adapun kepada kamu, tidak” Kalau seandainya ber-istighotsah kepada Jibril adalah syirik, tentu Jibril tidak akan menawarkannya kepada Ibrohim”

Abdullah:
“Ini adalah syubhat yang sama seperti syubhat yang pertama. Riwayat ini tidak shohih. Kalupun kita anggap shohih, maka sesungguhnya Jibril menawarkan kepada Ibrohim untuk memberikan manfaat kepadanya dengan hal hal yang dia sanggupi untuk melakukannya, hal ini seperti firman Allah:

“Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat” (An najm:5)

Sekiranya Allah mengizinkan Jibril untuk mengambil api Nabi Ibrohim, dan benda benda yang ada disekitarnya baik itu berupa gunung, atau bumi, lantas melemparnya ke timur dan ke barat,maka hal itu mampu dilakukan oleh Jibril. Hal itu seperti orang kaya yang menawarkan bantuan kepada orang yang membutuhkannya, baik itu berupa harta atau hal lainnya, lantas orang itu menolaknya dan bersabar sampai Allah memberinya rizki, tanpa ada pertolongan dari siapapun. Jadi bagaimana mungkin hal ini dibandingkan dengan istighotsah dalam hal ibadah dan syirik yang anda lakukan pada saat ini?

Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya orang orang terdahulu yang Nabi saw diutus ke tengah tengah mereka, tingkat kesyirikannya lebih ringan daripada masyarakat zaman kita sekarang ini, karena 3 hal:

Pertama: Mereka, orang terdahulu, tidak mempersekutukan Allah dengan yang lainnya kecuali dalam kondisi sejahtera. Adapun dalam kondisi kesusahan, mereka memurnikan agama itu kepada Allah, berdasarkan firman Allah:

“Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdo`a kepada Allah dengan memurnikan agama Allah; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai darat, tiba tiba mereka (kembali) mempersekutukan Allah” (Al ankabut:65)

Orang musyrik yang diperangi oleh Rosulullah saw berdo`a kepada Allah dan kepada selain Nya pada saat kondisi sejahtera. Adapun pada saat kesusahan, mereka tidaklah berdo`a kecuali hanya kepada Allah dan mereka lupa kepada sayyid sayyid mereka. Adapun orang musyrik zaman sekarang, mereka menyeru selain Allah dalam kondisi sejahtera dan kesusahan, ia berkata: “wahai Rosulullah, wahai Husain, wahai Ali, dan lain lain”. Dimanakah orang yang dapat memahami hal itu?

Kedua: Orang orang musyrik yang terdahulu, mereka mengambil Tuhan lain beserta Allah, baik itu berupa malaikat maupun makhluk Allah yang mereka anggap suci. Sedangkan orang musyrik zaman kita sekarang ini mengambil Tuhan lain beserta Allah bukan hanya berupa malaikat maupun makhluk Allah yang dianggap suci, selain dari itu, mereka juga mengambil orang yang pasiq sebagai Tuhan selain Allah.

Ketiga: Semua orang musyrik pada zaman terdahulu, kemusyrikan mereka hanya sebatas kemusyrikan Uluhiyah saja, tidak sampai kepada kemusyrikan dalam bentuk Rububiyah, sedangkan orang musyrik pada zaman sekarang ini telah mencapai pada tingkatan kemusyrikan Rububiyah, misalnya mereka menganggap bahwa ala mini adalah yang mengatur semesta dalam hal menghidupkan, mematikan dan sebagainya.

Kiranya, saya akan mengakhiri pembicaraan saya ini dengan menyinggung satu permasalahan besar yang anda pahami dengan apa yang telah saya sebutkan tadi, yaitu: bahwasanya tidak ada perbedaan bahwa tauhid itu haruslah keyakinan hati, ucapan lidah dan melakukan dengan perbuatan anggota tubuh. Apabila salah satu dari hal itu rusak, maka seseorang itu tidak menjadi Muslim. Jika ia mengetahui tauhid, akan tetapi tidak mengamalkannya, maka ia kafir yang keras kepala, seperti Fir`aun dan Iblis.

Banyak sekali orang yang tergelincir dalam hal ini, mereka berkata: “ ini benar, akan tetapi kita tidak bisa melakukannya, penduduk Negeri atau penguasa Negeri ini melarang hal itu, kita harus setuju dan rela menjadi penjilat bagi mereka; karena takut akan kejahatan mereka. Orang yang rendah yang mengatakan hal ini tidak tahu bahwa mayoritas tokoh orang kafir mengetahui kebenaran ini, dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya kecuali hanya adanya suatu alasan. Seperti fiman Allah:

“Mereka menukar ayat ayat Allah dengan harga yang sangat murah sekali, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah, sungguh amat buruk apa yang mereka lakukan itu” (At taubah:9)

Jika orang mengamalkan tauhid secara dhahirnya saja, akan tetapi tidak meyakini dan memahami dengan hatinya, maka ia termasuk orang yang munafik, dan lebih jahat dari pada orang kafir murni, firman Allah:

“sesungguhnya orang orang munafiqin itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali kali tidak akan mendapatkan penolong bagi mereka” (An nisa:145)

Namun demikian , anda harus memahami dua ayat dari Kitabullah:
Ayat pertama:

“Tidak usah kamu meminta maaf, sebab kamu telah kafir setelah beriman” (At taubah:66)

Apabila anda telah mengetahui bahwa orang orang yang ikut berperang bersama Nabi dalam memerangi Bangsa Rum telah menjadi kafir; disebabkan oleh ucapan mereka yang diucapkan secara main main dan bercanda, maka akan semakin jelas bagi anda bagaimana posisi orang yang mengucapkan kekufuran lantaran takut hartanya berkurang, atau lantaran posisinya sebagai ustadz dimasyarakat akan terganggu apabila ia memahami tauhid secara benar, maka sungguh ia telah membenarkan syaitan dengan janjinya:

“Syaitan menjanjikan (menakut nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu untuk berbuat kekikiran (kejahatan)” (Al baqoroh:268)

Dan merasa takut akan ancamannya:

“sesungguhnya syaitan itu menakut nakuti kamu dengan kawan kawannya” (Ali-Imron:175)

Ayat kedua:

“Barang siapa yang kafir setelah ia beriman kepada Allah (dia akan mendapatkan murka Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman, akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpahnya dan baginya azab yang besar” (An nahl:107)

Setelah semua ini, bukankah sudah saatnya bagi anda- semoga Allah memberikan hidayah Nya kepadamu, untuk bertaubat dan kembali kepada Allah, meninggalkan kondisi anda sekarang ini, perkaranya- seperti yang anda dengar- benar benar berbahaya, dan permasalahannya besar sekali, serta keadaannya sangat mengkhawatirkan.

Dan ingatlah beberapa kemungkaran yang banyak dilakukan oleh masyarakat umum:

1. janganlah mengikuti hawa nafsu, karena Allah telah mengingatkan lewat firman Nya:

“Maka pernahkah kamu melihat orangorang yang mengambil hawa nafsunya sebagai ilahnya?” (Al jatsiyah:23)

2. janganlah engkau fanatik terhadap golongan dan pendapat nenek moyangmu, tanpa memperdulikan kesalahan yang ada padanya, sehingga akan menghalangimu untuk mendapatkan hidayah dari Allah.

3. Janganlah kau meniru niru perilaku orang orang kafir, karena hal itu merupakan awal dari bencana yang tidak akan pernah kau sadari.

4. engkau bertawakal kepadaa selain Allah.

5. engkau taat kepada manusia dalam kemaksiatan.

6. Janganlah berburuk sangka terhadap Allah.

7. Janganlah engkau memakai benda sebagai jimat untuk menolak bala.

8. Janganlah engkau meminta berkah kepada makhluk Allah yang sudah mati.

9. Janganlah engkau merasa bernasib sial, sebab segala sesuatu sudah ditetapkan oleh Allah.

10. Janganlah engkau mendatangi tukang sihir ataupun tukang tenung.

11. Janganlah bersumpah atas nama selain nama Allah.

12. Janganlah engkau mencaci maki cuaca, alam, hujan ataupun makhluk Allah lainnya.

13. Janganlah menjadikan kuburan sebagai masjid, sebagaimana yang dilakukan oleh orang orang Yahudi dan Nashrani.

14. Janganlah mempercayai hadits hadits yang diriwayatkan para pendusta dan dinisbatkan kepada Rosulullah saw.

15. Janganlah merayakan apa yang disebut sebut hari hari besar keagamaan, seperti: Maulid Nabi, Isra` dan mi`raj, malam pertengahan (nisyfu) bulan sya`ban, dan yang lainnya. Perayaan seperti itu merupakan hal hal yang baru, tidak ada dasar hukumnya dari Rosulullah saw, dan juga tidak pernah dilakukan oleh shahabat Rosul, yang kecintaan mereka terhadap Rosul sangat besar melebihi cinta kita kepada Rosulullah. Seandainya saja hal itu merupakan sebuah kebaikan tentulah mereka telah mendahului kita untuk melakukannya.

16. Janganlah menjadikan masalah masalah khilafiyah sebagai perdebatan yang akhirnya menyebabkan fitnah, dan jangan pula lemah dalam mempertahankan masalah yang sudah ditetapkan kebenarannya oleh Allah,serta jangan pula melemahkan hati untuk terus berusaha mengamalkan tauhid sesuai dengan fitroh dan kemurnian Islam yang dibawa oleh Nabi saw.

Tidak ada komentar: